Dekan Fasilkom UI Petrus Mursanto di Depok, Kamis, mengapresiasi pencapaian ini sebagai kontribusi nyata civitas akademika Fasilkom UI bagi bangsa.
“Penelitian merupakan bagian dari misi Fasilkom UI, yakni menciptakan, mengembangkan, dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk peningkatan daya saing bangsa,” katanya.
Dia mengatakan aplikasi Pegonizer dibangun untuk mengatasi masalah Pegon di Indonesia dan diharapkan mengakselerasi ekstraksi pengetahuan dari dokumen-dokumen Pegon.
Baca juga: Mahasiswa UI lintas fakultas ciptakan aplikasi kesehatan fisiomotion
Latar belakang aplikasi Pegon karena adanya buku-buku karya para ulama atau kisah-kisah para sastrawan terdahulu yang berusia ratusan tahun, akan raib bahkan mungkin membusuk secara alami jika tidak dilakukan cara penyimpanan yang terjaga.
Pemikiran ini, katanya, menggugah para mahasiswa peneliti dari Fasilkom UI yang tergabung dalam Tim Pegonizer untuk mencari sistem atau metode yang memungkinkan buku-buku kuno tersebut tersimpan secara digital.
“Kondisi buku-buku yang sudah berusia ratusan tahun tersebut amat sangat mengkhawatirkan. Belum lagi kepemilikan tersebar pada banyak kolektor pribadi, bahkan hingga ke luar negeri, seperti Mesir, Madinah, dan negara lainnya,” kata Yova Ruldeviyan, dosen Fasilkom UI yang juga salah seorang pembimbing tim itu.
Kegundahan terhadap kondisi itu dan didorong keinginan menjaga kelestarian mahakarya Nusantara, katanya, menggiring mereka pada penciptaan Pegonizer, yaitu aplikasi digitalisasi manuskrip Pegon dengan fitur katalog kitab, OCR, dan transliterasi. Manuskrip Pegon banyak mengandung pengetahuan, khususnya pendalaman Islam bagi pemeluk agama Islam.
Baca juga: Dekan Fasilkom UI sebut teknologi perlu sentuhan budaya
Tim Pegonizer terdiri atas mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer Fasikom UI Angkatan 2019, yakni Ahmad Haydar Alkaf, Beltsazar Anugrah Sotardodo, Hendrico Kristiawan, Jonathan Amadeus, Matthew Tumbur Parluhutan Siregar, Muhammad Hanif Fahreza, dan Taufiq Hadi Pratama.
Nantinya, 18 karya yang terpilih (termasuk Pegonizer) akan berkompetisi menjadi karya terbaik dari enam kategori IdenTIK tahun 2022 guna memperoleh pembinaan serta pelatihan untuk menghadapi kompetisi regional AICTA tahun 2023. Sebanyak enam kategori tersebut adalah Startup Company, Private Sector, Public Sector, Corporate Social Responsibility (CSR), Research and Development (RnD), dan Inovasi Teknologi Konten Digital.
Berdasarkan laporan Startup Ranking, Indonesia termasuk dalam peringkat 10 besar negara dengan jumlah usaha rintisan terbanyak di dunia, yaitu 2.437 unit. Melihat potensi tersebut, Kemenkominfo melalui Direktorat Pemberdayaan Informatika menyelenggarakan program IdenTIK sebagai salah satu strategi untuk mengembangkan ekosistem digital Indonesia.
Baca juga: Fathinah, mahasiswa Fasilkom UI terpilih ikuti Innovation Fellows di Stanford University
IdenTIK merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan Kemenkominfo dalam rangka menggali potensi produk TIK karya anak bangsa agar mampu bersaing di tingkat dunia. Para pemenang IdenTIK tersebut merupakan hasil kurasi dari para dewan juri yang berkompeten dalam bidang TIK.
Transliterasi sudah reversibel sehingga bisa melakukan transliterasi Pegon ke Latin atau Latin ke Pegon. Akses pengetikan dapat dilakukan dengan papan ketik standar, terutama kemudahan pengetikan pada versi bergerak.
Transliterasi ini baru pertama kali dikembangkan di Indonesia dengan mengikuti aturan-aturan penulisan pada Pegon. Akses pegonizer dapat dilihat melalui tautan pegon.cs.ui.ac.id.