Serangan bandit itu dilaporkan terjadi pada 23 Juni 2018.
REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA — Imam Abdullahi Abubakar pernah mempertaruhkan nyawanya, menyembunyikan 262 orang Kristen di sebuah masjid. Hal ini terjadi selama aksi bentrokan di Desa Yelwa Gindi, Nigeria beberapa tahun lalu.
Atas perilaku heroiknya, ulama Islam berusia 86 tahun ini akan menerima Kehormatan Nasional. Presiden Nigeria Muhammadu Buhari disebut akan menyerahkan penghargaan itu pada 11 Oktober 2022 di State House di Abuja.
Sebelumnya pada 17 Juli 2019, Departemen Luar Negeri AS telah memberikan penghargaan tahunan untuk tindakan beraninya dalam menegakkan kebebasan beragama di mana pun di dunia.
Imam Abdullahi menjadi salah satu dari lima orang lainnya yang dianugerahi Penghargaan Kebebasan Beragama Internasional itu. Ia merupakan pemimpin agama Muslim yang tanpa pamrih mempertaruhkan nyawanya sendiri, menyelamatkan orang-orang Kristen yang kemungkinan besar akan terbunuh tanpa intervensinya.
Empat pemuka agama lainnya berasal dari Sudan, Irak, Brasil, dan Siprus juga dianugerahi Penghargaan Kebebasan Beragama Internasional 2019. Penghargaan ini, seperti namanya, diberikan kepada para pendukung kebebasan beragama.
Imam Abdullahi lahir di Negara Bagian Bauchi pada 1936 dan telah tinggal di Nghar selama 60 tahun. Selama tinggal di sana, ia menjadi pemimpin komunitas Muslim di sebuah masjid yang dibangun di atas tanah yang disediakan oleh komunitas Kristen.
Abdullahi Abubakar, selaku Imam Kepala sebuah masjid di desa Yelwan Gindi Akwati, Wilayah Pemerintah Daerah (LGA) Barkin Ladi, Negara Bagian Plateau, bersama asistennya Umar Abdullahi, menyelamatkan nyawa lebih dari 200 orang.
Kala itu, muncul kecurigaan adanya bandit menyerang komunitas di LGA. Serangan yang dilaporkan terjadi pada 23 Juni 2018 di desa Yelwan Gindi Akwati, Swei dan Nghar tersebut menyebabkan sejumlah orang terbunuh.
Pada hari kejadian, Imam Abdullahi dilaporkan baru saja selesai sholat zhuhur. Lantas, ia dan jamaahnya mendengar suara tembakan dan memutuskan ke luar melihat anggota komunitas Kristen kota itu melarikan diri. Secara naluriah, ia mengarahkan 262 orang di antaranya ke masjid dan ke rumah pribadinya di sebelah tempat ibadah itu.
Menurut laporan berita, saat ini masjid menjadi rumah dan tempat perlindungan bagi mereka yang disembunyikan oleh Imam Abdullahi. Banyak dari mereka yang dinaungi oleh Ulama Muslim itu berasal dari kelompok etnis Berom, yang mayoritas beragama Kristen
Atas keberanian yang ia tunjukkan, banyak pihak menyampaikan pujiannya. Ia mengorbankan nyawa menghadapi bahaya yang akan segera terjadi. Ini merupakan sejarah bagi perbedaan agama, karena menunjukkan komitmen seumur hidupnya mempromosikan pemahaman dan perdamaian antaragama.
Laporan yang dikumpulkan pada 2016 menunjukkan konflik pastoral Nigeria adalah penyebab lebih banyak kematian tahun itu daripada Boko Haram. Kekerasan antara penggembala nomaden dan petani di sabuk tengah Nigeria dimulai pada 2013. Ratusan orang telah terbunuh pada 2018, dengan kekerasan balas dendam berlangsung selama beberapa tahun.
Seandainya Imam Abdullahi tidak campur tangan, jumlah korban tewas di tahun itu mungkin jauh lebih tinggi. Orang-orang bersenjata disebut menyerbu desa yang mayoritas Muslim, untuk mengejar mereka yang melarikan diri dari desa yang mayoritas Kristen di dekatnya.