Berlokasi di Jawa Barat, Polbangtan memiliki 2 jurusan, yaitu Jurusan Pertanian yang berlokasi di Kampus Cibalagung, Kota Bogor dan Jurusan Peternakan yang berlokasi di Kampus Cinagara, Kabupaten Bogor.
Jurusan Peternakan sendiri terdiri dari 2 program studi, yaitu Prodi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan serta Prodi Kesehatan Hewan.
Dimana dalam proses pembelajarannya, mahasiswa jurusan peternakan dituntut untuk praktik secara langsung bersama hewan-hewan ternak.
Baca juga: Polbangtan Kementan raih juara umum FOKRI Games VIII
Jurusan peternakan membudidayakan sapi Belgian Blue sejak tahun 2018. Saat ini ada 4 ekor sapi Belgian Blue hasil Embrio Transfer (ET) yang salah satunya diberi nama Puntodewo. Ada juga 4 ekor pedet sapi Belgian Blue hasil kawin alam (silang) dengan sapi betina Friesien Holsten (FH) Peranakan Ongel (PO).
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam berbagai kesempatan menyampaikan bahwa pengelolaan pertanian termasuk didalamnya peternakan saat ini harus dilakukan dengan melibatkan inovasi teknologi.
“Seperti diketahui bahwa penggunaan teknologi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas karena kapasitas dan kemampuan tenaga kerja semakin meningkat.
Teknologi juga akan mendorong terciptanya inovasi-inovasi yang bisa digunakan untuk masa saat ini maupun masa yang akan datang. Kemajuan sektor pertanian dimasa mendatang sangat ditentukan oleh kemampuan suatu negara menghasilkan produk-produk berkualitas yang memiliki daya saing tinggi dan berkelanjutan, melalui inovasi teknologi”, ujarnya.
Baca juga: Pertemukan stakeholder, Kementan dukung peningkatan jejaring bisnis di Sukabumi
Selanjutnya Kepala Badan PPSDMP, Dedi Nursyamsi menyampaikan bahwa Kementan memiliki program utama yakni Peningkatan Produktivitas Produk Pertanian, Komoditas tanaman pangan, Tanaman Hortikultura, Perkebunan, dan Peternakan.
“Guna mewujudkan pembangunan pertanian maju, mandiri dan modern, inovasi teknologi diperlukan. Pelan tapi pasti, teknologi pertanian sederhana mulai ditinggalkan. Petani era sekarang mulai melek teknologi, melalui penggunaan alat mesin pertanian dan berbagai benih dan bibit unggul”, ungkapnya.
Embrio Transfer pada sapi resipien pertama dilakukan pada tanggal 5 Februari 2018 dan lahir pada tanggal 11 Oktober 2018. Seluruh sapi resipien berada di Kampus Jurusan Penyuluhan Peternakan.
Salah satu dosen dan dokter hewan, Dr. drh Endang Endrakasih, MS menyatakan bahwa program pengembangan sapi Belgian Blue oleh Kementerian Pertanian ini merupakan upaya keras dari Kementan untuk mewujudkan swasembada daging sapi. Karena bobot badan sapi dan prosentase karkasnya yang luar biasa. Juga kualitas dagingnya rendah lemak.
Baca juga: Polbangtan Bogor buka jalur kolaborasi petani milenial dengan GRIN
“Adapun kualitas karkas sapi jenis ini sangat baik, yaitu persentase karkasnya tinggi mencapai 75- 80%. Selain itu, kualitas daging lembut dan rendah kolesterol ± 45mg/100g, serta memiliki kandungan tinggi protein, Vit. B3, Vit. B12 dan zat besi”, jelas Endang.
Endang menambahkan kiat-kiat cara merawat sapi yang baik. “Kita juga harus belajar cara merawat sapi ini. Beberapa hal ini menyebabkan sapi BB ini untuk tahap pertama baru dikembangkan di instansi2 pemerintah Pusat dan Daerah seperti Balai Embrio Transfer, Balai Penelitian Ternak, Perguruan Tinggi, Balai Pembibitan Ternak Unggul”, imbuhnya.
Dosen Prodi Kesehatan Hewan ini menegaskan bahwa pada saatnya nanti, instansi-instansi inilah yang harus memberikan rekomendasi kepada Kementerian Pertanian apakah sapi BB ini layak dikembangkan di peternakan rakyat sebagai salah satu upaya untuk mencapai swasembada daging.