Prihatin Pelecehan Seksual, Wamenag Ajak Masyarakat Kawal Reputasi Pesantren

0
138

Semua berkepentingan untuk menjaga marwah pesantren sebagai kiblat pendidikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Menteri Agama (Wamenag) KH Zainut Tauhid Sa’adi, mengaku prihatin dengan adanya kasus amoral yang terjadi dan dilakukan segelintir oknum pesantren. Menurutnya, hal itu sangat mengganggu reputasi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang telah banyak berkontribusi sejak perjuangan kemerdekaan bangsa hingga sekarang.


Zainut mengatakan, pesantren telah melahirkan generasi yang siap berkiprah di berbagai medan. Pesantren juga menjadi panduan integrasi pendidikan agama dan ilmu pengetahuan umum.


“Peran strategis pesantren tentu harus terus kita jaga, termasuk dari hal-hal yang mencoreng citra pesantren. Beberapa waktu terakhir kita menyaksikan pemberitaan tentang perilaku amoral oknum pesantren. Tindakan amoral tersebut sangat mengganggu reputasi pesantren,” kata Kiai Zainut saat memberikan sambutan pada Workshop Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan dan Pelecehan Seksual pada Pondok Pesantren di Jakarta, Rabu (31/8/2022).


Zainut mengatakan, semua berkepentingan untuk menjaga marwah pesantren sebagai kiblat pendidikan di Indonesia. Kementerian Agama (Kemenag) telah mengambil langkah-langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang. Namun, langkah Kemenag juga membutuhkan dukungan masyarakat.


“Partisipasi publik dalam mengawal kebijakan kami, menjadi poin penting tercapainya tujuan penguatan pesantren,” ujar Wamenag.


Zainut mengapresiasi inisiatif MUI menggelar Workshop Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan dan Pelecehan Seksual pada Pondok Pesantren. Hal itu sejalan dengan upaya preventif yang juga sedang disiapkan Kemenag.


Ditegaskan Zainut , MUI adalah mitra pemerintah dalam membangun akhlak bangsa. Ada banyak hal yang telah, sedang, dan terus dikerjakan bersama oleh Kemenag dan MUI dalam upaya penguatan pendidikan Islam, khususnya pesantren.


Ia mengingatkan, kemajuan bangsa dan perubahan masyarakat di era digital, harus selalu dikawal dengan nilai-nilai agama dan akhlak mulia. Pembangunan bangsa dan negara bukan sekadar untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju, tetapi sebagai bangsa yang beragama tujuan paling akhir adalah mencapai ridha Allah.


“Kami berterima kasih atas konsistensi MUI dalam mengawal dan bersinergi membangun dan mendidik generasi masa depan. Kami juga mengajak MUI untuk terus menyuarakan pesan-pesan agama yang sejuk dan bernas di ruang publik dan kepada para pengambil kebijakan,” ujarnya.


 



Sumber Berita

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini