Palestina mengutuk masuknya orang Israel ke Masjid Al-Aqsa.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Palestina mengutuk masuknya orang Israel ke Masjid Al-Aqsa selama penyerbuan oleh ultra-nasionalis melalui Bab al-Asbat (Gerbang Singa) sebagai preseden berbahaya.
Peristiwa yang terjadi pada 28 Agustus lalu itu merupakan pertama kalinya para pemukim memasuki halaman masjid dari pintu gerbang tersebut. Pintu itu terletak di bagian timur laut kompleks, sejak Israel menduduki Yerusalem Timur pada 1967.
“Kami sangat prihatin dengan pelanggaran dan penginjak-injakan kedaulatan Wakaf, yang dianggap sebagai perpanjangan kedaulatan Yordania,” kata direktur Masjid Al-Aqsa, Sheikh Omar al-Kiswani, dilansir dari laman Middle East Eye pada Selasa (6/9/2022).
“Kami tidak menerima penggerebekan, baik dari Bab al-Asbat, atau Bab al-Magharba. Apa yang terjadi adalah upaya untuk membuat marah jalan Yerusalem, dan kami tidak melihatnya dengan itikad baik,” lanjutnya.
Sementara Ultra-nasionalis Israel dilindungi oleh polisi bersenjata lengkap. Mereka menyerang Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki setiap hari dengan mengabaikan administrasi Muslim Palestina di situs tersebut, dan perjanjian internasional yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Mereka masuk melalui barat daya Bab al-Magharba (Gerbang Maroko). Satu-satunya gerbang keluar dari 15 titik masuk masjid di bawah kendali penuh otoritas Israel yang tidak dapat diakses oleh orang Palestina, dan keluar melalui Bab al-Silsela (Chain Gate).
Warga Palestina selalu memprotes penggerebekan ke Masjid Al-Aqsa dari Bab al-Magharba. Banyak ketakutan membiarkan pemukim masuk melalui gerbang yang berbeda menandakan langkah untuk memperluas kontrol Israel atas masjid dan mengubah status quo.
Adapun Departemen Wakaf Yerusalem merupakan sebuah kepercayaan Islam bersama Yordania-Palestina yang mengelola urusan masjid. Mereka dengan cepat mengutuk langkah itu dan memperingatkan konsekuensinya.