Rasa malu merupakan salah satu wujud dari akhlak mulia Muslim
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Malu merupakan salah satu akhlak yang ditanamkan Allah SWT di dalam diri setiap manusia. Para pakar telah banyak mengemukakan tentang definisi malu.
Kendati demikian, dapat dikatakan bahwa malu adalah perubahan yang terjadi pada diri manusia akibat rasa takut terhina dan tercela.
Malu termasuk salah satu nilai moral Islam yang semua agama samawi sepakat mengenai urgensinya dalam menjaga keharmonisan masyarakat.
Menurut Syekh Al-Tayyeb, rasa malu pada zaman sekarang ini tampak seolah mulai terkikis dan tergerus oleh perilaku aneh yang tidak peduli dengan nilai-nilai agama.
Sejak awal diciptakan, sejatinya manusia telah memiliki rasa malu. Namun, di era milenial sekarang ini, sangat banyak ditemui orang yang tanpa rasa malu melakukan perbuatan keji, hina, dan kotor dengan dalih kebebasan pribadi.
Menurut Syekh Al-Tayyeb, perbedaan antara perbuatan mulia dan perbuatan hina juga semakin menipis di benak banyak zaman sekarang, terutama di kalangan anak muda.
Menurut Syekh Al-Azhar Prof Ahmad al-Tayyeb, dalam kitab yang berjudul Adab wwa Qiyam yang kini sudah diterjemahkan menjadi buku “Etika & Moral: Menemukan Kembali Nilai-Nilai yang Hilang”, yang perlu digaris bawahi ketika berbicara tentang malu adalah membedakan antara malu yang merupakan akhlak mulia dengan malu yang berarti tidak berani berhadapan dengan orang lain. Penulis menyebut yang terakhir itu sebagai sejenis penyakit autisme.
Syekh Al-Tayyeb menuturkan, rasa malu adalah moral yang mencegah dan melawan tersebarnya perilaku buruk. Rasa malu membentuk seseorang menjadi pribadi yang seimbang pemikirannya, perasaannya, dan tindak tanduknya.
Menurut dia, orang yang memiliki rasa malu tidak akan takut atau khawatir berbicara dengan orang lain.
Dia juga menegaskan bahwa orang yang memiliki rasa malu bukan orang penakut. Rasa malunya tidak akan mencegahnya untuk tetap berani maju, berani bersosial, berani bermasyarakat, bahkan menjadi pioner dalam masyarakat.
Syekh Al-Tayyeb mencontohkan Nabi Muhammad SAW. Menurut dia, Rasulullah SAW adalah pemimpin umat manusia, seorang nabi, seorang rasul, pemimpin negara, dan pembuat peradaban. Meski begitu, beliau adalah seorang yang lebih memiliki rasa malu daripada anak gadis.
Syekh Al-Tayyeb mengungkapkan, tidak ada keburukan pada rasa malu. Malu adalah bagian dari nilai moral Islam dan malu adalah bagian dari iman. Hal ini juga telah ditegaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW.
sumber : Antara