Saat saya masi SMP, saya bingung ingin melanjutkan sekolah kemana. Pada saat itu juga orang tua saya menyuruh saya untuk mencoba daftar di salah satu Boarding School di Subang. Akhirnya saya pun daftar dan ikut tes masuk ke sekola tersebut. Beberapa bulan kemudian, saya menerima surat penerimaan siswa dari sekolah tersebut dan saya dinyatakan lulus alias diterima di sekolah boarding yang berlokasi di Subang itu. Saya pun merasa senang dan tenang karena telah mempunyai pegangan untuk sekolah ke jenjang berikutnya.
2019. Tahun dimana saya pertama kali menginjakan kaki di As-Syifa Boarding School. Tepatnya 30 Juni, saya diantarkan oleh keluarga saya. Untuk pertama kali saya sekolah berbasis asrama. Senang, bahagia, sedih, takut, cemas, gugup semua rasa itu menyatu dengan cepat ketika saya sudah berada di kamar dan mempersiapkan semuanya. Sore pun tiba, keluarga saya pun sudah pulang. Saya kebingungan di kamar karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Akhirnya saya pun berkenalan dengan semua anggota kamar saya.
Diawali dengan ‘Fantastic’. Sebutan Masa Orientasi Siswa di As-Syifa Boarding School ini. Selama seminggu, kami (peserta fantastic 2019) dilatih fisik dan mentalnya. Seminggu berlalu, lega rasanya telah melewati masa fantastic. Hari demi hari saya menghabiskan dengan banyak hal. Mulai dari bangun tidur, lalu tahfidz, sekolah, belajar malam, dan masih banyak hal lainnya. Ada berbagai ekstrakurikuler yang disediakan disini, sebagai wadah untuk mencari atau mengembangkan minat dan bakat siswa. Saya sendiri kelas 10 mengikuti eskul basket dan ASPALA (As-Syifa Pencinta Alam).
Tahun 2020, adalah tahun yang membuat segalanya berubah, terganti, mungkin juga menghilang. Pandemi yang mengerikan saat itu, membuat semua orang dibatasi bahkan dilarang keluar rumah. Covid-19 dengan cepat menjajah tubuh manusia. Tidak hanya satu, dua atau tiga negara saja. Bahkan seluruh dunia pun disusahkan oleh virus ini. Pada saat itu saya masih duduk di kelas 10, semester genap. Di awali dengan surat edaran bahwa kedatangan siswa yang di tunda sebulan sampai berbulan-bulan.
Sistem belajar pun berganti. Yang awalnya siswa dan guru saling bertatap muka dan berinteraksi langsung dengan yang lain, digantikan oleh PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Bahkan sebagian kantor, perusahaan pun menggunakan sistem WFH (Work From Home). Selama pembelajaran pun kita hanya menatap guru dan teman-teman kita lewat layar gawai maupun laptop. Sekolah pun membuka kembali sekolah tatap muka beberapa bulan kemudian setelah ditundanya kedatangan siswa. Pada saat itu saya memutuskan untuk tetap belajar di rumah karena kasus Covid-19 masih lumayan tinggi di tempat tinggal saya.
Satu tahun saya habiskan segalanya di rumah. Bosan, sudah pasti. Banyak yang saya pelajari juga selama pandemi. Banyak juga hal baru yang saya dapatkan. Sebuah pengalaman baru. Akhirnya pada bulan agustus 2021 saya kembali sekolah tatap muka. Saya amat sangat rindu dengan sekolah, guru, teman yang ada disana. Saya pun melakukan aktivitas dengan biasa dilakukan disini, meskipun ada beberapa hal yang perlu saya adaptasi kembali setelah satu tahun di rumah. Kelas 12, Suka maupun duka, senang maupun sedih. Banyak cerita yang tidak bisa saya ceritakan satu per satu.
Mungkin itu sedikit cerita yang bisa saya bagikan. Semoga semuanya sehat selalu dan sukses dunia dan akhirat, aamiinn.