Tahun 2019 pertama kali saya injakkan kaki di asipa, sekolah berasrama berbasis IT. Seminggu pertama sangatlah berat, dimana sekolah lain MOS kita disini mengikuti Fantastik. Diajarkan untuk Disiplin, kuat, bekerja sama walau banyak push upnya. Selesai fantastik saya pun memulai lembar pertama sebagai siswa SMA. Belajar seperti biasa hanya saja ketika pulang sekolah tidak kerumah melainkan keasrama, bertemu dengan teman bukan orang tua, memegang buku bukan hp, laptop atau menonton tv.
Hari demi hari dilewatkan, walau masih belum terbiasa dengan lingkungan sekolah berasrama, saya tetap berusaha untuk terus menjalani iramanya. Lalu pada awal tahun 2020, saya dan teman-teman seangkatan menjalani bantara kegiatan pramuka yang wajib diikuti di kelas 10. Lebih kurang sebulan menjalaninya, Memang lebih berat dari fantastik tetapi saya berhasil melewatinya. Banyak hal yang saya dapat selama bantara salah satunya fisik menjadi lebih kuat. Tidak hanya bantara tapi ada banyak kegiatan yang saya ikuti di kelas 10 diantaranya As-Syifa language camp dan IBF ( Islamic Book Fair )
Tetapi lembar kehidupan berasrama saya harus terhenti, karena wabah Covid-19 yang menyerang dunia, mengharuskan sekolah tutup dan siswa yang berasrama diharuskan balik kerumah. Pembelajaran dari yang tatap muka berganti dengan tatap layar gadget, bertemu via zoom atau platfom video call lainnya. Hal yang tidak terpikir di benak kita akan terjadi. Bersekolah secara online tentu tidak sesenang yang kita kira, banyak hal yang bisa mengganggu mulai dari internet yang bermasalah, perangkat yang tidak memadai, hingga rasa malas yang luar biasa.
Kelas 10 pun dilewatkan dengan belajar online namun, wabah tersebut masih berlangsung sehingga kelas 11 tetap berlangsung secara online. Hingga bulan september 2020 ada surat edaran dari sekolah bahwa sekolah tatap muka akan dimulai lagi, tetapi tidak wajibkan untuk semua siswa hanya kepada siswa yang diizinkan oleh orang tua mereka. Saya termasuk yang tidak diizinkan oleh orang tuanya untuk sekolah tatap muka dimasa wabah ini, bukan tanpa alasan, saya yang berdomisili diluar pulau menjadi rintangan tersendiri untuk bepergian dimasa wabah banyak surat dan tes yang menghabiskan uang harus dilakukan.
Walau belajar secara online saya tetap bisa berpatisipasi di acara besar tahunan yang di adakan di As-syifa yaitu Syifest bertugas menjadi yang mengurus piala dan medali. Tak terasa kelas sebelas saya habiskan dengan pembelajaran secara online. Kelas 12 pun dimulai dan sekarang saya sudah tidak belajar tatap layar gadget lagi tapi sudah tatap muka, berada dipenghujung masa putih abu-abu terasa begitu cepat sungguh tidak seperti yang dibayangkan. Sekarang Tinggal menghitung hari sebelum wisuda. Banyak hal yang dilewatkan tetapi banyak hal juga yang saya dapatkan selama bersekolah di As-Syifa mulai dari nilai agama, moral, sosial dan nilai lainnya dan sekarang saatnya saya mulai menyiapkan diri melanjutkan kejenjang yang lebih serius yang akan menentukan masa depan.
keren banget al-fath
alfath