KMP berfokus memberdayakan potensi masjid untuk mengentaskan kemiskinan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kolaborasi Masjid Pemberdaya (KMP) yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa sebagai pengentas kemiskinan di Indonesia, melakukan kolaborasi dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Dalam kolaborasi ini, KMP berfokus memberdayakan potensi masjid untuk mengentaskan kemiskinan dan meluaskan kebermanfaatan untuk umat.
KMP hadir dengan memaksimalkan dan memfokuskan lima pilar fungsi masjid. Fokus tersebut di antaranya yaitu fungsi baitullah, baitul maal, baitul dakwah, baitul tarbiyah, dan baitul muamalah. Harapannya masjid tidak hanya sebagai tempat beribadah, namun dapat menjadi lembaga yang memegang amanah dari umat khusunya ziswaf.
Dari lembaga tersebut, jamaah atau umat bisa bangkit, berdaya dan keluar dari kemiskinan yang kini dirasa semakin menjerat masyarakat. “Tidak hanya negara, kita jadikan masjid sebagai solusi untuk umat. Harapannya setelah ini akan ada kebermanfaatan yang dibawa oleh para takmir untuk memajukan masjidnya sesuai lima pilar masjid yang disebutkan,” kata Andi Juliandi selaku Ketua Presidium Nasional KMP, dalam keterangan pers yang diterima, Selasa (4/10/2022).
Saat ini masjid-masjid yang ada di tengah masyarakat Indonesia pada umumnya hadir untuk memberikan pelayanan ritual ibadah sholat rutin lima waktu. Begitu waktu sholat berjamaah selesai, masjid kembali ditutup bahkan dikunci pintunya.
Sangat sedikit masjid yang menyediakan layanan pendidikan Alquran bagi anak-anak dan jamaah dewasa, lebih sedikit lagi masjid yang bisa memberikan ruang untuk insan insan muda bisa merasa berarti dan berguna di hadapan masyarakat dan jamaah.
Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena pada umumnya para pengurus dan pengelola masjid bekerja untuk mengabdi dan memakmurkan masjid secara sukarela dan kurang profesional, ditambah dengan sistem kerja part time atau tidak full time. Sehingga hasilnya juga tidak optimal menghadirkan layanan yang prima bagi jamaah dan masyarakat di sekeliling masjid.
Itu sangat berbeda hasilnya jika para pengurus dan dewan kemakmuran masjid bekerja secara profesional dan full time dalam memperhatikan dan memakmurkan masjid. Dari aspek kebutuhan dakwah, sosial ekonomi, kesehatan dan pendidikan, masjid bisa berperan melayani jamaah yang membutuhkan bantuan dan solusi atas segala permasalahan mereka.
Untuk bisa mewujudkan para pengurus masjid yang profesional, dibutuhkan masjid yang memiliki manajemen yang rapi, baik dari sisi tata kelola program ibadah maupun program ekonomi, sehingga masjid memiliki kemampuan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
KMP kali ini dihadiri oleh para tokoh masjid Berdaya dari berbagai daerah di Indonesia. Tokoh tersebut diantaranya adalah Ustaz Adang dari Masjid Darussalam, Ustaz Jazir dari Masjid Jogokariyan, Kusnadi Ikhwani dari Masjid Al Fallah, Sragen, Ustas Nanang dari Real Masjid, dan dari MRBJ.
Salah satu pesan dari Ustaz Jazir dalam kegiatan tersebut adalah, Masjid bukan hanya tempat beribadah, tetapi dari masjidlah harapannya segala permasalahan ummat dapat dipecahkan. Jangan hanya jadikan Masjid sebagai tempat singgah untuk beribadah. Namun jadikan ia sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan.
“Jika jamaah kesulitan ekonomi, maka masjid dapat menjadi fasilitas untuk mengentaskan pesmaslahan tersebut. Jamaah yang kesulitan membayar biaya sekolah anaknya, maka masjid dapat membantu permasalahan tersebut, dan lain sebaginya,” kata Ustadz Jazir selaku Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, Yogyakarta.
“Fungsi Baitullah itu prinsip,namun harus dapat menjadi energi dan sumberdaya lain untuk menghidupkan masyarakatnya,” ujar Ustaz Imam Alfaruq dalam sambutannya.