Syekh Ibnu Athaillah mengingatkan agar manusia bisa mensyukuri nikmat Allah SWT.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengingatkan agar manusia bisa mensyukuri nikmat dari Allah SWT. Jangan sampai nikmat dari Allah SWT baru terasa dan disyukuri ketika nikmat itu telah hilang.
“Barang siapa yang tidak mampu mengenal keberadaan nikmat, maka ia akan mengenal ketika nikmat itu menghilang.” (Syekh Athaillah, Al-Hikam)
Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017 menjelaskan maksud Syekh Athaillah mengenai nikmat yang baru terasa ketika Allah SWT mencabut nikmat itu.
Jika kamu mendapatkan berbagai kenikmatan dari Allah SWT, seperti nikmat mendapatkan harta, kesehatan, keluarga, dan lain sebagainya, tapi kamu tidak mensyukurinya, maka kamu akan menyesalinya ketika semuanya hilang dari genggaman kamu.
Sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Alquran al-Karim bahwa barang siapa yang mensyukuri nikmat-Nya maka Dia akan menambahnya. Barang siapa yang mengingkari-Nya, maka azab-Nya sangat pedih.
Sebagai contoh, ketika kamu memiliki kendaraan sepeda motor, kamu belum mengenal nilainya, sehingga kamu lalai bersyukur, bahkan mengharapkan yang lebih baik lagi yaitu mobil. Namun, ketika sepeda motor kamu rusak, sehingga kamu harus berjalan kaki sejauh beberapa kilometer, maka kamu akan merasakan nikmatnya sepeda motor. Bahkan, kamu akan mengharapkan sesuatu yang lebih rendah tingkatannya, misalnya sepeda. Asalkan Anda tidak berjalan kaki, mengayuh pun tidak masalah.
Penyesalan selalu berada di akhir peristiwa. Sedangkan nikmat baru terasa ketika tiada. Ingatlah hal itu baik-baik, dan jangan lupa untuk selalu bersyukur.