Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) berulang kali menegaskan bahwa pemuda adalah kunci masa depan pertanian karena karakteristik pemuda yang mandiri, kreatif dan adaptif teknologi dapat menjadi kunci penggerak menuju pertanian masa depan yang modern dan efisien.
Namun, tak dapat dipungkiri hampir 80% petani Indonesia berusia di atas 45 tahun dan ini memacu untuk segera melakukan regenerasi petani.
Baca juga: FormuIasi pakan ternak organik, manfaatkan sumberdaya lokal
Menjawab tantangan tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi pun tak berhenti untuk mempersiapkan pemuda menjadi petani, pengusaha dan pekerja yang kompeten di bidang pertanian sehingga mampu mengembangkan pertanian terutama di pedesaan.
Berbagai program dijalankan oleh Kementan, salah satunya adalah hadirnya program YESS hadir untuk mewujudkannya.
Program Pelayanan Dukungan Kewirausahaan dan Ketenagakerjaan Muda atau Program YESS dikelola oleh Pusat Pendidikan Pertanian di bawah naungan BPPSDMP, Kementan bekerja sama dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Baca juga: Implementasi PWMP, Polbangtan Bogor gaet alumni dan DUDI mitra dalam temu bisnis
“Tujuan program YESS adalah membuka kesempatan bagi kaum muda khususnya di pedesaan untuk dapat mencari nafkah di bidang pertanian, baik sebagai pencari kerja maupun pencipta lapangan kerja. Program YESS fokus mempersiapkan dan mengintegrasikan pemuda dengan kesempatan kerja dan usaha di bidang pertanian sehingga mereka dapat memperoleh dan meningkatkan pendapatan mereka dari sektor tersebut,” tutur Dedi.
Memastikan kemajuan program YESS, Presiden IFAD Alvaro Lario berkesempatan meninjau salah satu lokasi di provinsi Jawa Barat.
Sejak tanggal 14 hingga 16 November 2022, pria berkebangsaan Spanyol ini meninjau beberapa lokasi permagangan penerima manfaat (PM) YESS programme seperti Balai Besar Padi Sukamandi serta P4S Brahman di Subang serta penerima manfaat petani pisang Cavendish dan melon yang telah menerapkan smart farming.
“Indonesia merupakan negara yang sangat potensial di sektor pertanian. Alam Indonesia sangat kaya dan mampu mencukupi kebutuhan pangan. Saya sangat mengapresiasi pelaksanaan Program YESS di Indonesia. Bertemu dengan beberapa penerima manfaat (peserta magang) saya menanyakan banyak hal kepada mereka. Bagaimana mereka mengetahui program YESS? Apa yang mereka rasakan setelah mengikuti kegiatan program YESS serta apa yang akan mereka lakukan setelah mengikuti permagangan?”, tutur Alvaro.
Baca juga: Tingkatkan produktivitas bidang pertanian, Kementan jalin kerja sama dengan Korea
Alvaro mengatakan banyak dari penerima manfaat yang mengatakan terbantu dengan hadirnya program YESS. Dan mereka akan melanjutkan untuk berusaha disektor pertanian setelah mendapatkan pelatihan maupun mengikuti permagangan.
“Kami sangat konsen pada peningkatan kapasitas serta kualitas sumberdaya manusia khususnya pemuda di pedesaan, akses permodalan, pemanfaatan teknologi, peningkatan skala usaha hingga akses pemasaran serta kesinambungan atas semua unsur tersebut. Maka IFAD pun sangat berharap adanya kolaborasi dan sinergi antara pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementan dan IFAD dapat mewujudkan regenerasi petani di Indonesia”, kata Alvaro.
Ditemui disela-sela kunjungan, Direktur program YESS yang juga Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Kapusdiktan) Idha Widi Arsanti menjelaskan di tingkat kabupaten, program YESS melalui pemerintah kabupaten merekrut mitra Penyedia Jasa Pengembangan Usaha (BDSP) di tingkat kecamatan yang terdiri dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Pusat Pelatihan Pertanian Mandiri (P4S) dan Terpadu Pusat Dukungan Bisnis (PLUT).
“Sebagai bagian dari tim jaringan penjangkauan, Program YESS juga merekrut penggerak, fasilitator pemuda dan penasehat keuangan untuk memberikan pendampingan kepada pemuda dalam pengembangan usaha dan akses pembiayaan sehingga petani muda dan usaha kecil pedesaan mendapatkan akses pasar dan layanan pengembangan usaha”, jelas Santi.
Dalam pelaksanaanya program YESS memastikan bahwa kegiatan dan manfaat program harus inklusif bagi semua pemuda dengan berbagai latar belakang. Untuk itu kami mendorong partisipasi perempuan dalam program untuk mempercepat keterlibatan perempuan dalam kegiatan dan pengambilan keputusan di bidang agribisnis.
Tercatat 42% partisipasi perempuan dalam program YESS serta pemuda berketerampilan rendah, pemuda miskin, masyarakat adat dan pemuda penyandang disabilitas.
“Kami sudah memiliki lebih dari 80 ribu pemuda di 15 kabupaten percontohan di 4 provinsi di Indonesia: Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Hingga November 2022, kami telah mengintervensi lebih dari 38 ribu dari mereka melalui pelatihan, hibah, dan peningkatan kapasitas lainnya”, tutup Santi.