Bangunan dan jalan di Israel terlihat buram dan sulit dikenali.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Google mulai menampilkan citra satelit beresolusi lebih rendah di beberapa bagian Israel. Google menghapus gambar berkualitas tinggi yang sebelumnya ditampilkan. Sampai saat ini, perusahaan belum memberikan alasan jelas melakukan tindakan tersebut.
Citra komersial Amerika Serikat (AS) tentang Israel dan wilayah Palestina yang diduduki dibatasi pada 1997 setelah Kongres AS meloloskan Amandemen Kyl-Bingaman yang melarang resolusi citra satelit daerah tersebut menjadi dua meter per piksel dengan kedok melindungi keamanan nasional Israel. Ini berarti bangunan dan jalan terlihat buram dan sulit dikenali.
Larangan undang-undang berakhir dua tahun lalu. Sejak itu, Google telah memperbarui citra Israel dengan resolusi kualitas yang lebih tinggi, kecuali di Gaza dan bagian Tepi Barat saat Google terus menampilkan citra berkualitas rendah.
Sekarang, untuk alasan yang tidak diketahui, Google kembali menampilkan citra berkualitas rendah di sebagian besar wilayah Israel. Media Israel, Haaretz pertama kali melaporkan Google telah memperbarui peta Israel dengan gambar berpiksel.
Tempat-tempat seperti Bandara Ben Gurion, bandara internasional utama Israel, kini tampak buram di Google Maps dan Google Earth dibandingkan dengan awal tahun ini. Namun, di bagian lain Israel, seperti pelabuhan di Haifa, Google mempertahankan citra resolusi tinggi. Bagian lain belum diperbarui selama bertahun-tahun, bahkan setelah Amendemen Kyl-Bingaman berakhir.
Dilansir Middle East Eye, Selasa (4/10/2022), tahun lalu, selama pengeboman Israel atas Gaza pada Mei, peneliti konflik melaporkan masalah dengan Google yang tidak memperbarui layanan petanya di jalur yang terkepung meskipun telah menawarkan gambar berkualitas lebih baik di seluruh Israel. Kurangnya gambar yang jelas membuat sulit untuk menentukan bangunan mana yang telah dibom akibat serangan udara Israel. Hingga sekarang, Google belum memperbarui citra satelitnya di Gaza.
Di banyak tempat paling rahasia di dunia, dua layanan Google, yaitu Google Maps dan Google Earth mampu memberikan gambar yang jelas tentang area tersebut. Misalnya, gambar ibu kota Korea Utara, Pyongyang, cukup detail untuk melihat orang-orang berjalan di jalanan.
Citra satelit baru yang berkualitas lebih rendah datang setahun setelah Google mengumumkan kontrak 1,2 miliar dolar AS dengan Israel, saat perusahaan menyediakan layanan cloud kepada pemerintah Israel. Ratusan karyawan di raksasa teknologi itu memprotes kontrak tersebut yang menyebabkan kekhawatiran akan membantu memfasilitasi dan memajukan apartheid Israel.
Materi pelatihan yang bocor ke Intercept menunjukkan proyek tersebut memberikan kecerdasan buatan dan kemampuan pembelajaran mesin yang canggih kepada pemerintah Israel.