Hampir 6 tahun saya melewati hari demi hari di As Syifa. Awalnya saya sangat sulit untuk menyusaikan diri di kehidupan berasrama. Yang harus inilah, yang harus itulah. Semua telah terjadwal dengan begitu terstruktur setiap harinya. Merasa tidak nyaman dengan suasana baru, saya hampir putus asa di setiap harinya. Tetapi, kupikir tidak baik berlama lama dalam keterpurukan. Hari demi hari, minggu demi minggu, saya berhasil menyesuaikan diri dengan kehidupan yang awalnya membuat saya jengah, menurut saya. Terbukti saat saya kelas 8, saya mengikuti organisasi besar sekolah, yaitu BEM dan menempati sebagai Kepala Divisi Linkesor. Di tahun yang sama, saya juga ikut menyukseskan festival sekolah yang tidak lain adalah Syifest 2018.
Seperti tidak asing asing dengan kehidupan boarding, saya memutuskan untuk melanjutkan SMA saya di As Syifa. Bertemu teman baru dari berbagai suku dan ras membuat saya bersemangat melewati hari hari di asrama.
Saat kelas 10, saya ingin mencoba hal baru dan mengikuti minat saya, yaitu mengikuti Ekskul Futsal dan masuk ke dalam timnasnya. Ekskul demi ekskul kulewati dengan senang hati dan bersemangat. Yang pada akhirnya, saya berhasil memasuki timnas pada pertengahan semester 1. Saat itu saya ingin sekali ikut bermain di event – event turnamen futsal. Yang pada suatu hari, saya mengikuti Event Hari Santri Nasional dan mengikuti lomba futsal yang diselenggarakan oleh mereka. Meski hanya dalam lingkup Kota Subang, saya tetap senang dapat mengikuti event tersebut. Dengan penuh percaya diri dan kekompakan tim, saya dan teman teman saya dapat merebut titel Juara Pertama Hari Santri Nasional. Saya sangat bahagia saat itu. Tetapi saya pikir ini belum seberapa jika dibandingkan event – event yang lebih bergengsi di luar sana. Oleh karena itu, saya mempersiapkan segalanya untuk menjadi yang terbaik. Melatih stamina, ketangkasan, kelincahan, dan skill sudah menjadi makanan sehari sehari saat itu. Hari demi hari berlalu dan beberapa event pun berdatangan. Puncaknya ialah saat saya ikut bermain di ajang Syifest 2021. Tetapi sayangnya, saya dan tim saya tidak berhasil mndapatkan apa yang kami inginkan. Oleh karena itu, saya menargetkan kembali pada tahun depan.
Namun, takdir sepertinya berkata lain, virus mematikan datang secara tiba tiba dan menusuk dan memusnahkan segala angan saya saat saya kelas 11, menakdirkan dan memaksa saya untuk belajar daring dan selalu di dalam rumah. 1 tahun lebih saya menutup rapat – rapat cita dan angan saya untuk bersinar. Sempat membuat saya putus asa dan tidak bersemangat seperti sebelum sebelumnya.
Namun, memasuki kelas 12, saya mendapatkan kembali semangat itu, entah datangnya darimana, tetapi rasanya yang sama bahkan lebih untuk menggapai angan dan cita saat kelas 12. Itulah beberapa potongan kisah dan pengalaman saya saat berada di sekolah boarding ini. Cepat sekali rasanya, seperti ingin tinggal lebih lama tetapi digagalkan oleh cita yang tinggi dan masa depan yang jaya. Seluruh kenangan dan nama kutinggalkan di sini, di tempat akhir saya berlabuh di Indonesia. Sekian.