“Kemajuan teknologi memunculkan perbedaan signifikan pada tantangan yang dihadapi generasi pendahulu dengan generasi muda saat ini,” kata Elizabeth Kristi di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Senin.
Menurut dia, ketekunan dan kesabaran menjadi kunci pendorong keberhasilan seseorang dalam menghadapi permasalahan di era digital.
Ia mengatakan internet yang berkembang membuat segala aktivitas menjadi mudah, misalnya saat mencari referensi untuk tugas kuliah, mahasiswa dengan mudah mengakses, membaca dan menyalin jurnal dari mana saja tanpa perlu hadir secara fisik di perpustakaan.
Baca juga: Bagus Takwin terpilih menjadii Dekan Fakultas Psikologi UI 2021–2025
Baca juga: Fakultas Psikologi UI selenggarakan festival resiliensi virtual
“Di satu sisi, kondisi ini menguntungkan, namun di sisi lain hal tersebut dapat membahayakan jika tidak manfaatkan dengan baik,” katanya.
Menurut dia, perkembangan internet mengubah perilaku manusia. Seseorang menjadi sulit untuk sabar dan tekun karena terbiasa mendapatkan segala sesuatu dengan cepat.
Mudahnya aksesibilitas media sosial juga menjadikan tingginya kompetisi karena seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain.
Jika seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma sosial, ia akan mengalami cancel culture, yaitu budaya pengenyahan, penolakan, atau boikot massal saat seseorang dikeluarkan dari lingkaran sosial, baik di media sosial, dunia nyata, maupun keduanya.
Baca juga: Psikolog UI: Daya tahan pelaku UMKM di masa pandemi tergolong tinggi
Dalam situasi ini, dukungan sosial yang muncul akan berbeda. Seseorang sulit mencari teman dan mudah merasa kesepian karena jarang bertemu langsung dengan orang lain. Percakapan daring memiliki kedalaman yang berbeda sehingga kebutuhan relasi sulit tercapai.
“Kesepian mempengaruhi seseorang dalam mengenal dirinya dengan baik. Padahal, untuk menjadi dewasa, seseorang harus mengenal dirinya untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkannya. Tantangan yang dihadapi anak muda saat ini lebih besar karena semakin jauh dari hal-hal yang bersifat alamiah,” kata Kristi.