Assyifa Boarding School adalah hidupku, karena aku telah hidup disana selama 6 tahun. Ibarat kata assyifa adalah rumah keduaku. Aku akan menceritakan kisah hidupku disana.
Di suatu hari saat masih di bangku sd, aku pernah bercita – cita menjadi seorang ustadz atau kyai. Dan aku juga bercita – cita menjadi pemain basket handal. Setelah mencari – cari sekolah mana ya yang mendukung cita – citaku? Akhirnya aku temukan sebuah sekolah di Subang yang bernama Assyifa. Lalu dengan banyaknya lika – liku untuk lulus kesana, akhirnya aku lulus juga di sekolah favorit itu. Setelah aku lulus di tahun 2016, dihari pertama di asrama teman – temanku menangis ditinggal orangtuanya. Karena aku kuat, aku tidak menangis. Terealisasi lah cita – citaku yang kedua, aku menjadi tim basket di smp assyifa. Dua kali aku memboyong piala juara 1 di lomba basket. Itu di Smp ya gays.
Di suatu hari, aku berpikir tidak akan melanjutkan sma di pesantren lagi, akhirnya aku memutuskan untuk akan SMA di negri, biar keren. Akhirnya di kelas 3 SMP, aku mengerjakan Ujian Nasional dengan serius agar bisa lulus di SMA favorit. Dan alhamdulillah nilaiku besar, dan satu langkah lagi menuju SMA negri. Tapi, aku teringat kembali cita – citaku yang pertama yaitu menjadi ustadz. Akhirnya setelah berpikir keras, aku mencoba mendaftar kembali SMA assyifa. Alhamdulillah lagi aku lulus karena prestasiku di basket.
Di SMA aku mendapatkan banyak kenangan manis, dengan teman se angkatan ku yang hebat semua. Aku mendapat banyak sekali amanah, seperti BEM, Pengurus angkatan, Pengurus syifest, dll. Dan tak lupa juga di SMA makin banyak sekali Halaqoh – Halaqoh yang membuat saya makin memperdalam ilmu Islam sebagai pegangan saya di dunia luar nanti. Juga basket saya makin hebat di SMA, saya banyak menjuarai pula kejuaraan basket.
Dan dihari aku mengetik teks ini, aku sudah 6 tahun hidup di Assyifa, dan tersisa 17 hari lagi aku hidup disini. Aku sangat sedih sekali harus meninggalkan Assyifa. Terutama kenangan manis di Assyifa. Dengan terpaksa aku harus meninggalkan teman – temanku, guru – guru hebatku. Aku takut setelah meninggalkan Assyifa, aku tidak bisa menemukan pengganti mereka semua. Maka dari itu disisa hari – hari terakhir ini, aku tidak boleh sia – siakan waktu bersama mereka.
I LOVE ASSYIFA TO THE BONE
With love,
Azka Wijdan Muhammad