Disusun Oleh :
Azam Abdurrahman Alfirdaus ( XI IPS )
Tuvael Addouzi ( XI IPS )
Sinema atau industri perfilman merupakan salah satu dari banyaknya cabang pendidikan seni di Indonesia. Pada 1950 melalui Perfini (Perusahaan Film nasional Indonesia) Usmar Ismail sebagai sutradara memproduksi film “Darah dan Doa” dengan seluruh kru merupakan masyarakat indonesia untuk pertama kalinya, maka disinilah tonggak yang fundamental atas industri sinema Indonesia.
Melihat eksistensi Industri film ini menuju masa modern, film sebagai media Propaganda dan komersial mulai banyak digalangkan. Efektifitas dari adanya unsur tersebut tentu mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menilai suatu peristiwa, dilain sisi terdapat salah satu fungsi utama film yaitu sebagai media hiburan dan pembelajaran atas makna yang terkandung.
Fasilitas yang kurang memadai untuk para pelaku sinema menjadikan mereka harus berjuang lebih keras dalam menunjukan dan
diakui demi keberlangsungan berekspresi. Hal tersebut pula membuat mereka mencari fasilitas lain untuk menunjang kemajuan praktikum seni. Jika dilihat dari sisi pelajar setingkat sekolah, adapun ekstrakulikuler yang disediakan, namun tetap saja hal tersebut kurang efektif untuk dilaksanakan.