Al-Qaradhawi di Pusaran Politik, ‘Jihad’, dan Revolusi Arab  

0
133

Syekh Yusuf Al Qaradhawi meninggal dunia pada Senin (26/9/2022)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Yusuf Al-Qaradhawi, pemimpin spiritual Ikhwanul Muslimin yang terlarang di Mesir, meninggal dunia pada Senin (26/9/2022) di usianya 96 tahun. Kendati fisiknya telah menyatu dengan tanah, tetapi dia masih dianggap mewarisi kebencian dan supremasi Islam. 


Al-Qaradhawi secara resmi adalah Ketua Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional, posisi yang dipegangnya selama 14 tahun sejak didirikan pada 2004. 


Namun banyak yang percaya, bahwa Al-Qaradhawi sebagai pemimpin spiritual Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi politik-agama yang disepakati terlarang di negara-negara Teluk dan banyak negara Barat. 


Didirikan pada 1928, Ikhwanul memantapkan dirinya pada pertengahan abad ke-20 sebagai gerakan oposisi utama di Mesir, serta di negara-negara lain di kawasan itu. Kairo memasukkan gerakan itu ke daftar hitam sebagai organisasi teroris pada 2013. 


Sebuah laporan situs BBC News 2004, mengutip sebuah situs berbahasa Arab, mengatakan Al-Qaradhawi lahir di sebuah desa kecil di Delta Nil pada 1926 dan belajar teologi Islam di Universitas Al-Azhar di Kairo, dari mana dia lulus pada 1953. 


Dilansir dari Arab News, Rabu (28/9/2022), antara 1949 dan 1961, dia dipenjara beberapa kali di Mesir karena hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin dan tuduhan bahwa dia memerintahkan pembunuhan tokoh-tokoh politik. 


Pengikut Ikhwanul Muslimin terlihat di seluruh dunia Islam, dituding menghembuskan kebencian agama dan mempromosikan kultus kekerasan untuk mencapai kekuasaan politik. 


Al-Qaradhawi dalam tweetnya pada 2019 menyatakan bahwa dia bukan pengkhutbah kebencian dan bahwa dia telah menghabiskan 25 tahun terakhir mempromosikan pemikiran moderat. 


“Saya berdiri melawan ekstremisme dan ekstremis selama kurang lebih seperempat abad. Saya melihat ancamannya terhadap din dan dunya (agama dan dunia temporal), pada individu dan masyarakat, dan saya telah memperkuat pena, lidah, dan pemikiran saya (untuk mendukung) seruan untuk moderasi dan menolak berlebihan dan kelalaian, baik di lapangan. fiqh dan fatwa (hukum Islam dan pernyataan hukum dalam Islam) atau di bidang tableegh dan dakwah (petunjuk dan dakwah),” cuitnya saat itu. 


Namun, rekam jejaknya mengungkapkan justru sebaliknya. Dia membenarkan bom bunuh diri, terutama di Palestina, berulang kali berbicara menentang orang Yahudi sebagai sebuah komunitas, dan mengeluarkan fatwa yang merendahkan perempuan. 


Baca juga: Doa Mualaf Jodik Liwoso Mantan Misionaris: Jika Islam Benar Dekatkanlah   


Dalam sebuah fatwa di situsnya, dia menyatakan bahwa syahid adalah bentuk jihad yang lebih tinggi. Dan dalam wawancara 2004 yang terkenal di program Newsnight BBC, dia memuji pemboman bunuh diri di Palestina yang diduduki Israel sebagai kesyahidan atas nama Tuhan. “Saya mendukung operasi syahid, dan saya bukan satu-satunya,” katanya. 


Dia juga mendorong umat Islam yang tidak mampu berjuang untuk mendukung secara finansial mujahidin (mereka yang terlibat dalam jihad) di mana-mana di negeri asing. Ini hampir tidak bisa digambarkan sebagai sikap menentang terorisme. 


Pada 2008, visanya ditolak Kantor Dalam Negeri Inggris untuk mengunjungi negara itu untuk menerima perawatan medis. David Cameron, mantan pemimpin Partai Konservatif, menggambarkan Al-Qaradhawi sebagai “berbahaya dan memecah belah” dalam permohonannya kepada pemerintah untuk menolak aplikasi visa. 


 



Sumber Berita

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here